Wednesday, November 16, 2016

Belajar Bagaimana Cara Belajar


“It is better to KNOW HOW TO LEARN than to know” –dr. Seuss


Oleh-oleh PR minggu ini dari kelas Matrikulasi IIP adalah ‘PRAKTIK’. :D Kali ini, praktiknya adalah membuat Desain Pembelajaran. Saya akan memulainya dengan sedikit menoleh ke belakang saat saya bersekolah formal bertahun-tahun yang lalu, mencoba menjawab pertanyaan ‘bagaimana sih cara saya agar nyaman dalam belajar?’.

Saya tipikal yang suka berpendapat, dan selalu berbinar jika disuruh menjawab pertanyaan ‘jelaskan menurut anda’, tapi tidak secara verbal. Saya lebih suka mengemukakan pendapat saya lewat tulisan. Rasanya lebih bebas dan menenangkan. Saya ingat, waktu SD, saya tidak mengerti dengan penjelasan guru di kelas saat pelajaran Sejarah. Saat ujian tiba, saya mencari cara belajar yang pas agar saya tetap dapat menguasai materi. Cara yang saya lakukan adalah membaca 2-3 kali materinya, kemudian saya menuliskannya kembali. Ternyata cara itu cukup efektif bagi saya. Selain itu, saya suka belajar sendirian, dalam kondisi yang tenang, dalam satu waktu (semakin momennya tidak terinterupsi, proses belajar akan semakin efektif). Dan lantunan musik favorit selalu menjadi teman saya saat belajar.

Melihat kembali misi saya di NHW4, dalam mewujudkannya saya telah menuliskan beberapa ilmu pendukung yang saya pikir penting untuk dipelajari. Sejauh ini yang ada dalam bayangan saya dan sudah saya lakukan adalah mempelajari ilmu-ilmu pendukung tersebut lewat buku, artikel, dan pengalaman orang lain yang sudah ahli atau yang sudah lebih dahulu mengalaminya. Satu hal yang sudah terpikirkan namun belum saya lakukan adalah mencari guru ahli yang dapat mendampingi perjalanan saya mewujudkan misi.

Selama ini, saya terbiasa mempelajari teori dengan hanya sedikit sekali praktik. Ternyata itu bisa dikatakan sebagai kekurangan saya. Kehidupan nyata/real life yang saya alami sekarang (terutama pasca menikah) menuntut saya berhadapan dengan segala macam praktik kehidupan beserta permasalahannya, dengan segala peluang dan risikonya. Sejujurnya, di waktu awal pernikahan dan berhadapan dengan real life, saya sempat merasa shock. Bahkan hingga saat ini, saya masih sering shock, walaupun sudah lebih jarang dibanding dulu. Bagaimana tidak, saya yang dahulu selalu memanjakan diri hanya dengan belajar teori dan tidak terbiasa berpraktik, tiba-tiba dituntut oleh kehidupan nyata untuk berpraktik, tentu dengan resiko yang langsung terasa dampaknya.

Saya adalah orang yang agak mudah terpengaruh dan saya rasa ini perlu sedikit diubah. Jika ada sesuatu yang bertentangan dengan prinsip atau pemikiran saya, secara naluriah saya akan mencoba menerimanya dan memahaminya, dan secara tidak sadar malah kadang jadi mempengaruhi pemikiran atau prinsip saya sebelumnya. Seringkali pada akhirnya saya memerlukan waktu lebih untuk berpikir kembali tentang keputusan yang sudah saya buat, bahkan kembali untuk memperbaiki step sebelumnya jika dirasa perlu. Bagi saya, hal ini dapat menjadi kekuatan sekaligus kelemahan saya, namun bagaimanapun, saya merasa harus punya kekuatan lebih untuk mempertahankan prinsip, dan itu merupakan salah satu PR untuk saya.

Satu hal yang saya rasa sangat penting dalam menentukan desain pembelajaran ini, yaitu dengan tetap memperhatikan adab menuntut ilmu selama proses saya belajar. Kembali pada NHW1, terutama ada 3 sikap yang perlu saya garis bawahi, yaitu (1) menghilangkan insanity (doing the same thing over and over again, and expecting different result –A. Einstein), yang erat kaitannya dengan comfort zone, (2) berusaha keras menghidari FOMO (fear of missing out) dan tegas mengatakan interesting, but I’m not interested, (3) menghindari sikap merasa lebih paham saat ilmu sedang diajarkan. Ya, saya sedang berusaha lebih baik lagi dalam ketiga hal tersebut.

Berikut adalah rumusan Desain Pembelajaran yang telah saya paparkan di atas.





”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr 1-3)

Bismillahirrahmanirrahim, semoga saya bisa konsisten mengaplikasikan desain pembelajaran ini dan semoga suatu saat hal ini layak dicontoh oleh anak dan cucu saya.

Sunday, November 13, 2016

Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah


Tulisan saya kali ini adalah untuk memenuhi Nice HomeWork #4 kelas Matrikulasi IIP yang berjudul Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah. Selama mengerjakan NHW#4 ini, saya banyak merenungi perjalanan hidup saya. Setelah bermuhasabah dalam, akhirnya saya mendapati bahwa saya mencapai titik kehidupan yang sekarang, karena saya sudah melewati kehidupan lalu saya. Dari hasil muhasabah pula, saya mendapati bahwa saya sangat mensyukuri kegidupan saya yang sekarang, dan mensyukuri segala sesuatu yang pernah saya lewati sebelumnya. Saya juga mensyukuri segala hal yang saat ini saya punya, juga segala hal yang saat ini saya tidak punya. Sensasi perasaan bersyukur yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. :)

Kembali ke inti dari NHW#4 ini, berikut merupakan hasil pemikiran saya.

a. Apakah jurusan ilmu yang dipilih di NHW#1 tetap jadi prioritas yang ingin ditekuni di Universitas Kehidupan?

Setelah berulang kali membaca kembali NHW#1 demi menuliskan jawaban poin a ini, saya memutuskan bahwa “ilmu menjalani berbagai peran dengan sebaik-baiknya” sebagai jawaban NHW#1 saya akan tetap menjadi prioritas ilmu yang ingin saya tekuni. Namun untuk mendalaminya ternyata tidak mudah, karena ilmu tersebut terlalu general dan memiliki banyak cabang dan ranting dibawahnya, dan pastinya butuh waktu yang tidak sebentar untuk mempelajarinya. Untuk itu, saya kemudian membaginya menjadi beberapa ilmu yang lebih spesifik, yang akan saya jelaskan pada poin d di bawah.

Mengenai alasan kuat yang mendasari saya memilih ilmu-ilmu tersebut, strategi menuntut ilmu, serta perubahan sikap yang perlu dilakukan, telah saya tuliskan pula sebagai revisi NHW#1 dan akan saya submit malalui email/blog jika diperlukan/diwajibkan.


b. Sudahkan konsisten mengisi checklist pada NHW#2?

Alhamdulillah sudah, dengan berbagai revisi dan tambahan checklist yang telah saya buat (akan disubmit jika diperlukan).

c. Merenungkan kembali kembali NHW#3, apakah sudah terbayang tujuan Allah menciptakan saya di muka bumi?

Berhari-hari saya berusaha menjawab pertanyaan ini. Sebenarnya masalahnya bukanlah karena tiadanya tujuan hidup, tetapi saya belum pernah pernah mengkonsepkan dan menuliskan tujuan saya dengan jelas. Saya punya banyak keinginan dan cita-cita, namun itu semua tanpa setting skala prioritas yang jelas, sehingga saya bingung apa tujuan saya yang sebenarnya. Alhamdulillah, setelah saya mengikuti kelas Matrikulasi IIP ini, saya menjadi sadar penuh bahwa saya tidak bisa menggapai tujuan hidup hanya dengan mengandalkan aliran kehidupan saja. Bahwa cita-cita dan goals yang saya targetkan saya harus dituliskan dengan jelas, sehingga saya mengetahui saya kapan harus melakukan apa. Alhamdulillah sekali lagi, Allah mempertemukan saya dalam kelas hebat ini. :)  

Setelah saya membaca kembali NHW#3, saya merasa perlu melakukan sedikit revisi, yaitu bagian kekuatan potensi saya. Revisi tersebut sudah saya tuliskan kembali, dan jika diperlukan akan saya submit ke tim fasilitator.

Sesuai petunjuk, NHW#3 menjadi guideline saya dalam menentukan misi hidup. Namun tentu saja tidak sesederhana itu. Untuk menentukan misi hidup, saya perlu melakukan muhasabah diri selama beberapa hari, plus berdiskusi mendalam dengan suami. Alhamdulillah, pada akhirnya saya memutuskan untuk membagi misi hidup saya menjadi 2, yaitu (1) mendampingi dan membersamai suami dalam meraih mimpi kami berdua, (2) mendampingi anak-anak seumur hidup saya dalam mencapai kesuksesan mereka, dengan saya berperan sebagai eksekutor, supporter dan motivator.

d. Ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut?

Berdasarkan misi yang telah saya tetapkan, maka ilmu yang diperlukan sebagai alat pendukung peran saya adalah:
1.     Ilmu ilmu seputar pengasuhan anak, manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga.
2.     Ilmu motivasi dan pengendalian diri.
3.     Ilmu terkait enterpreneurship (marketing, manajerial, dan leadership).

e. Koreksi kembali checklist Anda di NHW#2, apakah sudah memasukkan waktu mempelajari ilmu di atas?

Sesuai jawaban saya dalam poin b, saya telah melakukan revisi checklist, dan alhamdulillah di dalamnya sudah termasuk waktu yang saya sediakan untuk mempelajari ilmu-ilmu diatas.

f. Milestone

Saya sadar sepenuhnya sangat susah untuk membuat milestone saat memiliki anak yang masih kecil. Tetapi, mengutip kata-kata bijak suami saya: susah bukan berarti mustahil dilakukan. Ya, mau atau tidak mau, susah ataupun mudah, sebagai guideline saya merasa tetap membutuhkan milestone sebagai acuan.

KM 0 (2016)

2016 merupakan tahun titik balik kehidupan saya dalam hal finansial, dengan acuan mencontoh salah satu kehidupan Rasulullah SAW terdahulu, yaitu berdagang. Sebenarnya saya sudah sering berdagang sejak SMA. Namun itu dilakukan tanpa beban apapun, nothing to lose, tanpa target dan ilmu yang jelas. Singkat cerita, di Februari 2016 saya (dengan dukungan penuh dari suami) memutuskan untuk mulai bisnis dengan serius.

Bisnis yang kami lakukan bukanlah bisnis besar, modalnya pun hanya bersumber dari tabungan kami yang terbatas. Namun kami percaya, sesuatu yang besar dan kokoh pasti dimulai dari sesuatu yang kecil terlebih dahulu.

Lalu, apa yang akan saya lakukan sekarang, di sisa tahun 2016?

Di beberapa minggu terakhir tahun ini, saya akan memantapkan kembali milestone saya dengan beberapa catatan dan rincian tertentu, serta saya akan membuat target-target bisnis yang ingin saya dan suami capai beserta waktunya. Saya juga akan membuat milestone terkait target yang ingin dicapai seputar pengasuhan anak kami.

KM 1 (2017-2019)

Merupakan rentang waktu yang ditetapkan untuk menguasai:
·      Ilmu seputar pengasuhan anak, manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga.
·      Ilmu motivasi dan pengendalian diri.
·      Ilmu terkait enterpreneurship (dipelajari setelah 2 prioritas ilmu di atas dinilai cukup terpenuhi).

KM 2 (2020-2022)

Saya mematok tahun 2020 karena di tahun tersebut anak bungsu saya insyaAllah berumur 3 tahun dan diharapkan sudah lebih mandiri. Di KM 2 merupakan rentang waktu bagi saya agar harus sudah menguasai:
·      Ilmu motivasi dan pengendalian diri sebagai lanjutan pembelajaran ilmu di KM 1.
·      Ilmu marketing.
·      Ilmu manajerial dan leadership.
·      Ilmu seputar pengasuhan anak, manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga (sebagai pemantapan ilmu yang telah dipelajari sebelumnya).

KM 3 (2023)

·      InsyaAllah anak-anak saya sudah berusia 10, 8, dan 6 tahun. Di tahun ini, saya menargetkan kami (saya dan suami) minimal sudah berhasil menanamkan pendidikan dasar akhlak yang baik bagi anak-anak kami sesuai dengan fitrahnya.
·      Telah mencapai mimpi terkait hal finansial yang telah dibuat dan dirancang oleh suami dan saya.
·      Mengevaluasi kembali target-target kehidupan yang telah dibuat, melakukan revisi yang dianggap perlu.
·      Membuat kembali target-target dalam kehidupan, menyusun kembali milestone sebagai acuan pencapaian target selanjutnya.

f. Lakukan, lakukan, lakukan!! J

Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, dengan memohon ridho Allah agar selalu menunjukkan kami jalan yang lurus, dengan senantiasa memohon agar Allah selalu memberikan hidayah bagi saya dan keluarga, dengan memohon ridho orang tua, saya akan menyelesaikan KM 0 saya di tahun 2016 ini, dilanjutkan dengan menjalani KM selanjutnya sesuai waktu yang sudah direncanakan.

Sunday, November 6, 2016

Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah

Peradaban

Peradaban sangat erat kaitannya dengan kebudayaan dan kecerdasan di setiap tahapan lingkungan. Saya setuju bahwa peradaban yang baik dibangun mulai dari dalam rumah. Untuk itu, perlu adanya sinkronisasi visi dan misi antara suami dan istri terlebih dahulu.

My Beloved Husband

Sudah beberapa bulan terakhir saya tidak merasakan jatuh cinta kembali kepada suami. Padahal, biasanya saat suami "hanya" membawakan cakwe sepulang kantor sekalipun, rasanya saya selalu berbunga-bunga. Beda dengan akhir-akhir ini, sekalipun suami pulang bawa pizza, saya biasa-biasa saja 🙈 (ini analoginya ketauan bgt ya kalo saya mudah dibahagiakan dengan makanan). Maka, disaat ada yang menuntun saya untuk membuat surat cinta untuk suami, saya merasa sangat excited. Segera, dengan segenap hati saya menuliskan surat itu, menuangkan semua kebaikan suami, mengingat-ingat apa saja potensi yang ada dalam dirinya yang membuat saya memutuskan dirinya sebagai pendamping hidup, serta kejadian apa saja yang sudah kami alami bersama. Suratnya sudah tentu hanya akan menjadi konsumsi suami saya tercinta. Namun saya akan membagi respon dari suami saya disini 😊

Saya mengirimkan surat tersebut via media elektronik. Sempat dibaca olehnya, namun suami saya tidak langsung membalasnya. Setelah saya tagih, kemudian beliau memberikan respon. Begini katanya: 😍😆

"With that ring, I gave you my heart. I promised from that day forward, you would never walk alone. My heart would be your shelter, and my arms would be your home."

"A happy marriage is about 3 things: memories of togetherness, forgiveness of mistakes, and a promise to never give up on each other. Even I dont say it, I always meant it."

Huwaaaa.... kemudian saya cireumbay alias berurai air mata. Esoknya? Kami lebih mesra dong pastinya.. 😳

Tentang Buah Hati Kami

Alhamdulillah saat ini saya telah dikaruniai 2 orang anak yang hebat. Fathir (3 thn) dan Sasya (1 thn). Keduanya adalah sosok anak yang ceria, aktif, menyenangkan, dan menggembirakan. 😇

Fathir
Terlahir sebagai anak pertama, laki-laki, kesayangan kedua kakek dan neneknya. Di usianya yang masih balita, Fathir sudah sangat pandai berbicara dan bercerita. Beberapa teman saya menyebutnya sebagai calon orator. Hehehe... selain itu, Fathir adalah anak yang baik hati, suka berbagi, juga mudah memaafkan. Fathir, bocah lucu yang suka ngoceh kocak. Adaaaaa saja celotehnya setiap hari yang membuat mamanya tertawa, rasanya ocehannya yang kocak itu bagai oase ditengah-tengah rutinitas saya yang kadang menjemukan. Di sisi lain, Fathir sangat mudah menghafal jalan. Dia hafal "Mah, ini tempat cuci mobil ya", atau "Mah, itu jalan ke rumah tante X ya..", atau "Mah, jangan lewat situ, jalanannya jelek mah". 😊 Alhamdulillah, Allah telah menitipkan anak yang luar biasa ini kepada saya. Doa mama selalu buat kamu ya, mas Fathir...

Sasya
Si imut yang lembut dan cerdas. Sasya pernah mengalami masalah, berat badannya sempat stuck, tidak naik selama beberapa bulan. Tidak jarang saya terima komentar "Wah, 1 thn kok kurus ya", atau "Hah, kecil amat, padahal udah 1 thn ya". Hehehe... saya senyum saja 😊 karena alhamdulillah hasil konsul DSA, berat badannya masih on track, dan saya juga tau, di sisi lain, anak saya adalah anak yang hebat. Saya sering dibuat kagum dengan perkembangannya. Sebelum usia 1 thn, Sasya sudah pintar mengacungkan telunjuknya, berjoget, tepuk tangan, melambaikan tangan, dll. Daya tangkapnya luar biasa, membuat saya harus selalu waspada dengan perilaku saya (kalau yang aneh-aneh, takutnya ditiru. Hehehe). Alhamdulillah, segala puji bagiNya yang telah menghadirkan Sasya ditengah keluarga kami.

Tentang Saya

Salah satu potensi dalam diri saya, bahkan sejak saya kecil, yaitu selalu suka sama ruangan yang rapi, alias suka beberes. Hehehe... dengan beberes, rumah jadi nyaman. Dengan beberes, beban hidup rasanya hilang. Dengan beberes, hati jadi riang. Dengan beberes, suami pun senang. 😁😁😁 begitulah, Allah menakdirkan saya berjodoh dengan suami saya, yang hmmmm... pokoknya intinya dia ga suka beberes deh. Hari pertama saya diajak ke kontrakan rumah kami pasca menikah, OMG, wuacak wuacakaaaaan 😭😭 butuh 2 minggu bagi saya buat menata kontrakan kami itu menjadi rumah yang homey. Alhamdulillah setelah tau saya suka beberes, suami makin cinta. Klop deh kita. Yang satu ga suka beberes, yg satu hobi beberes. 😄 setelah saya punya anak, saya pun berusaha menularkan dan mengajarkan kebiasaan beberes itu kepada anak-anak saya. Butuh effort memang mangajarkan beberes pada anak balita. Hehehe... (if you know what I mean). Tapi saya yakin, hasilnya akan terlihat setelah mereka dewasa nanti.

Potensi lain dari diri saya terkait rumah tangga kami, yaitu rumah yang selalu ceria. Saya suka bercanda dengan suami saya. Kadang kami membutuhkan candaan (yg tepat) untuk membuat pikiran kami tetap jernih saat menghadapi beberapa situasi sulit. Suami saya dulunya seringkali tidak kepikiran untuk menyelipakan candaan di sela-sela keseharian kami. Sejak menikah, saya pun mulai "membiasakan"nya. Alhamdulillah, dengan demikian, stress lebih bisa dihindari. 😁

Potensi diri saya yang lain, adalah kesuksesan secara finansial (aamiin). Saya sengaja menuliskan ini sebagai cambuk bagi saya untuk terus mengembangkan bisnis kecil-kecilan saya. Harapannya nanti bisnis ini akan membawa manfaat bagi keluarga kami khususnya, dan bagi ummat secara umum. Alhamdulillah saya mendapat dukungan 100% dari suami. Perlahan tapi pasti, dengan tetap menghandle dan tidak mengesampingkan kebutuhan anak dan keluarga, saya berharap cita-cita ini dapat konsisten dijalankan dan berpotensi untuk terwujud.

Selain hal-hal di atas, kekuatan potensi saya yang lain terkait rumah tangga kami adalah InsyaAllah akan bisa menciptakan kondisi rumah tangga yang bahagia dan damai. Hal ini sejalan dengan komitmen saya dan suami (dan nantinya akan kami tanamkan pula pada anak-anak kami), yaitu "jika tidak membawa kebaikan, keberkahan, dan kebahagiaan bagi keluarga, maka tinggalkan". Semoga kami selalu bisa konsisten menjalaninya.

Tantangan Di Lingkungan

Saya tinggal di sebuah komplek yang bisa dibilang cukup rapat. Media sosial tradisional kami diantaranya adalah saat berbelanja di tukang sayur dan arisan RT. Tantangan yang saya rasakan saat ini adalah:
- adanya ketidaksepahaman antara saya dan beberapa tetangga terkait cara mendidik anak.
- ghibah yang tidak terhindarkan saat berinteraksi dalam media sosial tradisional yang saya sebut di atas.
- sulitnya membendung rasa terlalu ingin tau urusan orang lain di kalangan para tetangga.
- tidak adanya komunitas keagamaan (misal pengajian) di lingkungan tempat tinggal saya.

Mungkin, maksud Allah menghadirkan saya di lingkungan seperti ini adalah agar saya dapat lebih kuat, tegar, dan konsisten menjaga keluarga saya dari pengaruh negatif lingkungan tersebut di atas. Pada akhirnya, saya mencari keluar lingkungan tempat tinggal saya, beberapa komunitas produktif yang saya butuhkan. Alhamdulillah, setelah mengikuti beberapa komunitas tersebut, saya merasa hidup saya lebih baik, bermanfaat, dan bermakna.

Penutup

Saya yakin, keluarga kecil kami suatu saat nanti akan mendapat tempat yang baik di hati masyarakat dan insyaAllah akan berkontribusi baik dalam membangun peradaban lingkungan. Saat ini yang perlu saya dan suami butuhkan adalah memanfaatkan potensi-potensi baik dan menuangkannya ke dalam cita-cita mulia kami, yang harapannya nanti dapat diwujudkan dalam jangka waktu yang kami inginkan. Semoga Allah selalu bersama kami di setiap langkah, senantiasa memberi kami hidayah dan bimbingan. Aamiin...

Sunday, October 30, 2016

Indikator Profesionalisme Perempuan

Bagi klien saya dan saya sendiri, profesionalnya seorang perempuan itu terbagi kedalam 6 nilai utama (values) yaitu:
Sholihah,
Pengasih dan Penyayang (Affectionate),
Pengertian (Understanding),
Cerdik (Smart),
Tangguh (Tough),
Menyenangkan (Fun)

Selanjutnya dari 5 nilai utama itu dijabarkan kedalam perilaku-perilaku berikut:

1. Values Sholihah - menjadi pribadi yg rajin beribadah sesuai tuntunan Rasulullah saw.
- membaca dan memahami minimal 1 hadist dalam 1 minggu.
- membaca dan memahami untuk dipraktikkan teladan Rasul dan istri-istrinya minimal 1 kisah dalam 2 minggu.

2. Values Sholihah - menjadi pribadi yg Taat dan Hormat kepada Suami. Saat ini yg ingin saya capai adalah:
- mencatat dan mengerjakan semua tugas yang diberikan suami, menatanya ke dalam to do list setiap kali suami meminta saya melakukan sesuatu, mengingat saya adalah orang yang sangat pelupa.
- menjadwalkan ngobrol mesra 1x dalam 1 hari dengan durasi min 30 menit.
- menyiapkan keperluan suami setiap kali beliau mau berangkat kerja.

3. Values Affectionate - tidak berkata kasar dan menyakiti perasaan suami dan anak2, serta tidak melakukan tindakan kekerasan yg tidak sesuai syariat.
- menahan emosi negatif setiap kali ada selisih paham/pendapat dengan suami/anak, kemudian beristighfar, menenangkan diri, dan kemudian mengalihkan emosi negatif tersebut dalam bentuk kata-kata yg lebih bijak dan santun.

4. Values Pengertian (Understanding) - Selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi dengan bijaksana kepada suami dan anak2 dalam keadaan sulit ataupun mudah, senang ataupun sedih.
- membaca buku atau artikel motivasi minimal 3x dalam 1 bulan agar lebih bisa berkata-kata lebih baik dan persuasif kepada anak dan suami.
- melakukan olah raga rutin 1x seminggu agar pikiran dan badan lebih fresh.

5. Values Pengertian (Understanding) - Mampu menjadi pribadi yg dewasa serta tempat berkeluh kesah (curhat) dan menjadi pendengar yg baik bagi suami dan anak2.
- membaca Al Quran minimal 1 hari 1 lembar.
- menyediakan waktu luang, setiap malam pk.20.00 untuk menjadi pendengar keluh kesah suami dan anak.

6. Values Cerdik (Smart) - mampu
mendidik, mengajari, menumbuhkan dan mengembangkan anak2 menjadi pribadi yg sholih/sholihah, pandai, cerdik, kreatif, visioner dan tangguh.
- meluangkan waktu minimal 3 jam/hari untuk mengajarkan anak kerterampilan baru.

7. Values Tangguh (Tough) - Tidak mudah menyerah saat menghadapi masalah pribadi, maupun masalah keluarga.
- berdzikir setiap kali merasakan kemalangan dan masalah, menenangkan diri, dan percaya Allah akan menyediakan jalan keluar dalam setiap permasalahan.

8. Values Tangguh (Tough) - Bersedia berjuang bersama suami untuk menjadikan kehidupan keluarga menjadi lebih baik, lebih berkah, lebih bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat.
- menentukan jam kerja profesional sebagai agen baju anak, yaitu jam 5.30-6, 11-14, 15-16 setiap harinya.
- membuat target mingguan dan bulanan penjualan toko online.

9. Values Menyenangkan (Fun) -
Menjadi pribadi yg ceria, riang, ramah, tidak sinis, tidak murung dalam kehidupan sehari2.
- membuat progam hari "penuh senyum, tanpa marah", setiap hari Senin, Kamis, Minggu sebagai latihan kontrol diri. :)

10. Values Menyenangkan (Fun) - menjadi pribadi yg menyenangkan dan menyejukkan secara jasmani dengan melakukan perawatan yg teratur dan sesuai.
- melakukan perawatan badan di rumah/salon tiap 1x dalam sebulan.

Wednesday, October 19, 2016

Ilmu Dalam Menjalani Peran

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.

Jika disuruh menentukan satu jurusan ilmu yang ingin saya tekuni di universitas kehidupan ini, tentu saja saya akan sangat kebingungan. Mengingat terlalu banyaknya hal yg dirasa perlu dibenahi dan dipelajari dalam menjalani kehidupan. Belum lagi, saya pun tentu ingin menuliskan passion saya juga di dalamnya.

Ya, terlalu banyak. Maka pada akhirnya, saya memutuskan untuk merangkumnya dalam satu kalimat: "ilmu untuk menjalani berbagai peran yang saya jalani di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya".

4 peran saya yg paling utama: Yang pertama, tentu sebagai hamba Allah SWT. :) Kedua, sebagai seorang ibu dan seorang istri. Saat ini saya adalah ibu dari 2 anak (3 thn dan 1 thn), dan insyaAllah tahun depan akan menjadi ibu dari 3 anak. :) Kemudian, saya juga menjalani peran sebagai anak dan menantu (alhamdulillah ibu saya dan kedua mertua saya saat ini masih dlm keadaan sehat, sedangkan ayah saya sudah mendahului kami di tahun 2015 silam). Selanjutnya, peran saya saat ini adalah pemilik usaha jualan online pakaian dan perlengkapan anak.

Alasan terkuat saya ingin menekuni ilmu tersebut, yaitu karena sebagai manusia, saya merasa perlu terus memperbaiki dan meng-upgrade kualitas pribadi saya dalam menjalani peran-peran tersebut. Sebagai hamba Allah, saya merasa bekal saya di dunia ini masih teramat sangat sedikit sekali, sedangkan saya sendiri tau bahwa kematian dapat menghampiri kapan saja. Terkait peran lainnya, saya merasa perlu mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada diri saya, bahkan jika memungkinkan saya ingin sekali memiliki kemampuan untuk mentransformasi kelemahan-kelemahan tersebut menjadi kekuatan diri yang nantinya bisa saya manfaatkan. Disamping itu, saya ingin sekali "klien" saya (dalam hal ini: suami, anak-anak, ibu dan mertua, serta pembeli saya) merasa puas dan merasakan sebaik-baiknya presensi saya disaat mereka memerlukannya.

Saat ini, strategi menuntut ilmu yang saya rencanakan terkait ilmu 'menjalani peran' tersebut diatas adalah sebagai berikut:

1. Sebagai hamba Allah
Memilih lingkungan pergaulan yang baik, mengikuti kajian/pengajian/pendidikan informal terkait dalam hal meng-upgrade ilmu agama, berusaha mencari hidayahNya di setiap kesempatan.

2. Sebagai istri dan ibu
Mengikuti komunitas IBU PROFESIONAL, membaca lebih banyak buku tentang parenting dan keluarga, mengikuti seminar/kajian/pengajian yang memiliki kegiatan menggali ayat-ayat suci Al Quran dan hadist, yang khusus membahas tentang bagaimanakah cara menjadi istri dan ibu sholihah.

3. Sebagai anak dan menantu
Membaca buku terkait, membaca dan memahami dan mengulang kembali ayat-ayat Al Quran dan hadist terkait, berusaha memposisikan saya sebagai orang tua disaat saya memperlakukan orang tua (terkait bagaimanakah saya ingin diperlakukan oleh anak-anak saya nanti ketika saya sudah berusia lanjut).

4. Sebagai pemilik usaha
Membaca buku seputar teknik penjualan, mengikuti komunitas berjualan online, mengamati, memahami, dan mempraktikkan dengan modifikasi tertentu strategi-strategi penjualan online dari para online seller yang sudah lebih dulu sukses, bergaul dengan orang-orang yang lebih dulu sukses, membaca buku biografi orang-orang yang lebih dulu sukses dan mengadaptasi kiat-kiat suksesnya, mengikuti kelas/seminar motivasi.

Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu,
sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu
tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa
yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan sangat bermanfaat baginya. Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmuitu sendiri.

Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap yang perlu saya lakukan dalam proses mencari ilmu tersebut adalah:
1. Konsisten meluruskan niat dalam menuntut ilmu.
2. Bergegas, mengutamakan waktu menuntut ilmu, tidak menunda-nunda.
3. Berusaha selalu menumbuhkan sikap 'haus ilmu' dan menghindari sikap yang 'merasa sudah lebih tahu' dan lebih paham, ketika suatu ilmu sedang disampaikan.
4. Menuntaskan sebuah ilmu yang sedang dipelajari dengan cara mengulang-ulang,
membuat catatan penting, dan bersabar sampai semua runtutan ilmu tersebut selesai disampaikan sesuai tahapan yang disepakati bersama.
5. Tidak mendahului guru untuk menjelaskan sesuatu atau menjawab pertanyaan kecuali jika diberi kesempatan oleh guru tsb, tidak
memotong pembicaraan guru dan tidak berbicara dengan orang lain pada saat guru berbicara, serta penuh perhatian terhadap penjelasan atau perintah yang diberikan guru.
6. Tidak mendukung perbuatan para plagiator, produsen barang bajakan, dengan cara tidak membeli barang mereka untuk keperluan menuntut ilmu diri kita dan keluarga.

Demikian tulisan ini saya buat sebagai pengikat ilmu yang ingin saya amalkan, sekaligus sebagai salah satu alat pelurus niat dan pengingat kembali jika suatu saat nanti niat saya dalam mengamalkan ilmu teralihkan.

Salam,
Tia Yulantami
yulantami@gmail.com